Omah Fakta – Ratusan rumah di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia, tepatnya di Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, masih terendam banjir akibat hujan deras yang terus mengguyur wilayah tersebut. Situasi ini mengakibatkan ribuan warga terdampak, dengan sebagian besar memilih tetap bertahan di rumah meskipun ketinggian air terus meningkat.
Kapolsek Jagoi Babang, AKP Asep Maulana, mengungkapkan bahwa sebanyak 453 kepala keluarga atau lebih dari 1.507 jiwa terkena dampak banjir di wilayah perbatasan ini. Dari jumlah tersebut, terdapat 38 balita dan 78 lansia yang juga ikut terdampak. Dua desa yang mengalami banjir cukup parah adalah Desa Sinar Baru dan Desa Kumba.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh aparat kepolisian setempat, ketinggian air di beberapa titik, khususnya di Dusun Peleng dan Sentimok, mencapai hingga tiga meter. Meski kondisi semakin mengkhawatirkan, mayoritas warga memilih untuk tidak mengungsi. Mereka tetap bertahan di rumah masing-masing demi menjaga barang-barang berharga dari potensi kerusakan atau kehilangan akibat banjir.
Akibat banjir yang terus meningkat, aktivitas warga di daerah tersebut menjadi lumpuh. Namun, berbagai bantuan telah dikirimkan oleh pihak terkait, termasuk layanan pemeriksaan kesehatan gratis yang diberikan oleh Puskesmas Jagoi Babang.
Pihak kepolisian bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) terus melakukan upaya imbauan agar warga yang terdampak bersedia mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, sebagian besar warga memilih bertahan karena rumah mereka berbentuk rumah panggung, sehingga masih memungkinkan untuk tetap dihuni meski banjir melanda.
Kapolsek juga menjelaskan bahwa jika curah hujan tidak segera mereda, ketinggian air dikhawatirkan akan semakin bertambah. Hal ini diperparah dengan adanya kiriman air dari Sungai Piat yang berhulu di Malaysia serta Sungai Kumba yang berasal dari Kecamatan Siding dan Kecamatan Seluas.
Sampai saat ini, belum ada laporan mengenai korban jiwa akibat banjir. Namun, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan bersiap melakukan evakuasi jika kondisi semakin memburuk.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bengkayang mencatat bahwa sebanyak 3.468 rumah terdampak banjir, dengan total korban mencapai lebih dari 12.023 jiwa. Banjir yang terjadi sejak 21 Januari 2025 ini telah melanda 11 kecamatan di Bengkayang, termasuk Kecamatan Lumar, Ledo, Seluas, Sanggau Ledo, Jagoi Babang, Teriak, Sungai Betung, Monterado, Sungai Raya, Sungai Raya Kepulauan, serta Kecamatan Bengkayang.
Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang, Dwi Berta, mengungkapkan bahwa ketinggian air di beberapa wilayah masih berpotensi meningkat. Bahkan, di Kecamatan Ledo, banjir kembali naik pada hari ini. Ia mengimbau masyarakat untuk lebih mengenali potensi bencana di daerah masing-masing dan segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman jika banjir semakin parah.
Selain itu, Dwi juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Masyarakat diminta untuk segera mengevakuasi diri jika situasi sudah tidak memungkinkan, mengingat keterlambatan dalam proses evakuasi dapat membahayakan keselamatan. Ia juga mengingatkan warga agar membawa barang-barang berharga ketika melakukan evakuasi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Pontianak turut memberikan peringatan dini melalui media sosial. Menurut BMKG, curah hujan dengan intensitas tinggi masih akan berlangsung hingga 30 Januari 2025. Selain itu, di wilayah perairan Bengkayang-Singkawang, gelombang laut diperkirakan mencapai ketinggian hingga 2,5 meter, yang dapat meningkatkan risiko bencana banjir dan longsor di wilayah pesisir.
Dengan kondisi cuaca yang masih belum stabil, pemerintah daerah dan berbagai instansi terkait terus melakukan pemantauan serta upaya mitigasi agar dampak banjir dapat diminimalkan. Warga diimbau untuk selalu memperhatikan informasi terbaru dan bersiap mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menjaga keselamatan diri dan keluarga.