Omah Fakta – Prof. Aida Sartimbul, seorang Guru Besar dari Universitas Brawijaya (UB), memperkenalkan konsep inovatif yang dikenal sebagai “AI for Dynamics-ecosystem Analysis from UB” (AIDA UB). Inisiatif ini dikembangkan sebagai model tata kelola ekosistem kelautan dengan pendekatan yang mengutamakan perspektif holistik. Dalam keterangannya pada Rabu (29/1) di Kota Malang, Jawa Timur, Prof. Aida menjelaskan bahwa gagasan pembentukan AIDA UB berangkat dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh aktivitas penangkapan ikan terhadap kelestarian ekosistem laut.
AIDA UB bertujuan untuk mengintegrasikan data ekosistem yang kompleks, yang mencakup interaksi antara sumber daya laut dan kegiatan penangkapan ikan. Menurut Prof. Aida, pendekatan ini memanfaatkan teknologi canggih seperti Environmental DNA (eDNA), kecerdasan buatan (AI), dan otomatisasi untuk menganalisis dinamika ekosistem laut. Teknologi AI sendiri berperan penting dalam mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pengumpulan, penyimpanan, dan analisis big data, termasuk data dari eDNA.
Salah satu alasan utama lahirnya AIDA UB adalah kekhawatiran terhadap kondisi kelautan yang terganggu akibat penangkapan ikan tanpa pengawasan yang tepat. Prof. Aida mencontohkan, salah satu kasus yang terjadi di Muncar, di mana populasi ikan lemuru mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Ikan lemuru, yang berperan penting dalam rantai makanan laut, jika jumlahnya berkurang, tentunya akan memberikan dampak negatif pada kelangsungan hidup ikan lainnya, seperti tuna, tongkol, dan cakalang. Dampaknya tidak hanya pada ekosistem, tetapi juga pada pemenuhan gizi manusia yang bergantung pada konsumsi ikan.
Ikan lemuru, yang kaya akan kandungan omega-3, menjadi salah satu jenis ikan yang memiliki nilai gizi tinggi, dengan kadar omega-3 yang mencapai lebih dari 25 persen dari berat tubuh ikan itu sendiri. Asupan omega-3 dari ikan lemuru diyakini sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama dalam menjaga kesehatan jantung dan otak. Oleh karena itu, keberadaan ikan lemuru sangat vital, tidak hanya untuk keseimbangan ekosistem laut, tetapi juga untuk kebutuhan gizi masyarakat.
Prof. Aida berharap bahwa AIDA UB akan memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi dampak buruk dari penangkapan ikan yang tidak terkelola dengan baik. Dia menekankan pentingnya mengubah pola pikir yang sebelumnya hanya fokus pada optimalisasi alat tangkap dan jumlah ikan yang ditangkap, tanpa memperhitungkan dampak lingkungan. Dengan adanya AIDA UB, diharapkan ada perubahan dalam cara pengelolaan sumber daya kelautan, yang tidak hanya mengejar hasil tangkapan semata, tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem.
AIDA UB dirancang untuk menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dalam pengelolaan kelautan, dengan memperkenalkan pendekatan yang lebih modern dan berbasis teknologi. Prof. Aida menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi sektor perikanan dan pelestarian lingkungan, sehingga generasi mendatang masih dapat merasakan manfaat dari kekayaan sumber daya alam laut Indonesia. Dengan penerapan teknologi ini, diharapkan bisa tercipta tata kelola kelautan yang lebih efisien dan ramah lingkungan, yang tentunya akan memberikan dampak positif bagi masa depan kelautan dan masyarakat Indonesia.