Omah Fakta – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Sunarso, menyampaikan harapannya agar Pemerintah dapat mempercepat pemberian stimulus ekonomi, terutama di sektor padat karya. Dalam acara BRI Microfinance Outlook 2025 yang diadakan di Tangerang, Banten, Sunarso menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini ditopang oleh dua faktor utama, yakni konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Menurut Sunarso, sektor padat karya, yang banyak mengandalkan tenaga kerja dalam proses produksinya, memiliki potensi besar untuk menyerap lebih banyak sumber daya manusia. Hal ini, pada gilirannya, akan meningkatkan pendapatan masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya beli mereka. Dengan meningkatnya daya beli, konsumsi masyarakat juga akan naik, dan ini menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lebih lanjut, Sunarso menambahkan bahwa selain berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sektor ini juga dapat berdampak positif pada permintaan kredit perbankan. Seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, permintaan kredit diperkirakan juga akan mengalami peningkatan. Tanpa adanya permintaan tersebut, menurut Sunarso, pertumbuhan kredit akan terhambat. “Jika tidak ada permintaan, kredit pun akan sulit berkembang,” jelasnya.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa pihaknya, bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, terus berupaya untuk memberikan dukungan kepada industri padat karya di Indonesia. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah melalui penggunaan instrumen fiskal, yang mencakup berbagai kebijakan untuk memperkuat sektor tersebut.
Sri Mulyani menyampaikan bahwa Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pemberian kredit dengan suku bunga subsidi hingga 5 persen. Kebijakan ini berada di luar skema Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang sebelumnya telah diperuntukkan bagi kelompok usaha mikro dan menengah. Dengan adanya subsidi bunga ini, Menkeu menegaskan bahwa akses terhadap permodalan akan tetap terjangkau, meskipun suku bunga global saat ini cenderung mengalami kenaikan.
“Meski suku bunga global meningkat, hal itu tidak akan membebani pengusaha. Biaya suku bunga tambahan tersebut akan ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” jelas Sri Mulyani, yang menekankan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menjaga daya saing sektor padat karya Indonesia di tengah tantangan ekonomi global.
Tidak hanya itu, Pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah lain untuk mendukung sektor padat karya, seperti pembebasan pajak penghasilan (PPh) bagi pekerja dengan gaji antara Rp4,8 juta hingga Rp10 juta. Selain itu, Pemerintah juga memberikan bantuan sebesar 50 persen untuk jaminan kecelakaan kerja (JKK) bagi sektor padat karya selama enam bulan.
Paket stimulus ini diumumkan sebagai bagian dari upaya Pemerintah untuk meredam dampak dari wacana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang sempat mencuat sebelumnya. Meskipun akhirnya kenaikan tarif PPN hanya dibatasi pada barang mewah, insentif-insentif yang telah disiapkan tetap akan dijalankan. Dengan kebijakan-kebijakan ini, Pemerintah berharap dapat memberikan dampak positif bagi sektor-sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Dengan dukungan kebijakan fiskal yang komprehensif dan stimulus yang difokuskan pada sektor padat karya, diharapkan perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang. Sektor ini diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian, yang tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek tetapi juga membuka peluang yang lebih besar untuk kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.