Omah Fakta – Dalam upaya mendukung konservasi satwa liar, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni secara langsung mengantarkan orang utan menuju sekolah hutan yang terletak di Kawasan Rehabilitasi dan Konservasi Orang Utan Nyaru Menteng, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Keberadaan sekolah hutan ini menjadi bagian penting dari proses rehabilitasi sebelum orang utan dikembalikan ke habitat aslinya.
Dalam kesempatan tersebut, Menhut menyampaikan bahwa langkah ini menjadi motivasi bagi semua pihak untuk semakin menjaga kelestarian alam. Menurutnya, hutan yang terjaga dengan baik akan menjadi rumah yang aman bagi orang utan dan satwa liar lainnya.
Di samping itu, ia juga menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) yang telah berjuang dalam upaya pelestarian orang utan selama bertahun-tahun. Tantangan yang dihadapi dalam menjaga kelangsungan hidup spesies ini diakui tidaklah mudah, sehingga peran serta berbagai pihak menjadi sangat penting.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap upaya konservasi, Menhut menegaskan bahwa langkah-langkah untuk menahan laju deforestasi terus diupayakan secara maksimal. Namun, ia juga menekankan bahwa keseimbangan antara pembangunan, kelestarian hutan, dan kesejahteraan masyarakat harus tetap dijaga.
Menurutnya, ketiga aspek tersebut harus dikelola secara seimbang agar tidak saling bertentangan. Kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama, namun dalam prosesnya, kelestarian hutan juga harus tetap diperhatikan agar tidak terganggu oleh aktivitas pembangunan.
Di sisi lain, Wakil Gubernur Kalimantan Tengah, Edy Pratowo, menyampaikan bahwa pemerintah provinsi mengapresiasi peran BOSF yang telah aktif dalam upaya rehabilitasi orang utan sejak 1999. Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng yang dibangun oleh BOSF menjadi tempat penting dalam pemulihan orang utan sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya.
Menurutnya, kegiatan yang dilakukan hari ini merupakan langkah strategis dalam menjaga keberlangsungan hidup orang utan serta habitatnya. Orang utan tidak hanya menjadi bagian dari kekayaan alam, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis. Dengan adanya fasilitas rehabilitasi yang semakin memadai, diharapkan proses konservasi dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Sementara itu, CEO BOSF, Jamartin Sihite, menjelaskan bahwa saat ini terdapat 21 orang utan yang menjalani rehabilitasi di sekolah hutan, sedangkan di seluruh kawasan konservasi yang dikelola oleh pihaknya terdapat lebih dari seratus individu orang utan.
Sebagian besar orang utan yang berada di pusat rehabilitasi merupakan hasil penyerahan dari masyarakat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Proses penyelamatan dan rehabilitasi dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan mereka dapat kembali ke alam dengan kondisi yang lebih baik.
Durasi orang utan di sekolah hutan bervariasi, bergantung pada kecepatan mereka dalam beradaptasi dan belajar. Program ini memiliki kurikulum khusus serta indikator yang harus dipenuhi sebelum orang utan dinyatakan siap untuk dilepasliarkan.
Setelah menyelesaikan program di sekolah hutan, orang utan akan dipindahkan ke Pulau Salat sebagai tahap akhir sebelum akhirnya dilepas ke hutan secara permanen. Langkah ini dilakukan untuk memastikan mereka benar-benar siap menghadapi kehidupan liar di habitat aslinya.
Dengan adanya program rehabilitasi ini, diharapkan populasi orang utan dapat terus terjaga dan ekosistem hutan tetap lestari untuk generasi mendatang. Konservasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan lembaga tertentu, tetapi juga memerlukan kesadaran serta dukungan dari seluruh masyarakat.