Omah Fakta – Penyakit Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri dari urine tikus kembali ditemukan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hingga pertengahan Maret 2025, tercatat sebanyak delapan warga telah terjangkit penyakit ini. Dari jumlah tersebut, dua orang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi yang dialami.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kulon Progo, Arief Musthofa, menyatakan bahwa delapan kasus yang ditemukan tersebar di beberapa kecamatan. Tiga kasus terdeteksi di Kapanewon Nanggulan, dua kasus ditemukan di Kapanewon Girimulyo, sementara Kapanewon Kokap, Kalibawang, dan Wates masing-masing mencatat satu kasus. Ia juga menambahkan bahwa dua kasus kematian terjadi di wilayah Nanggulan dan Wates.
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Sri Budi Utami, penyebaran bakteri penyebab Leptospirosis sangat berkaitan dengan kondisi musim hujan. Ia menjelaskan bahwa saat curah hujan tinggi, genangan air sering kali muncul di berbagai lokasi, termasuk di area pemukiman dan persawahan. Genangan tersebut memungkinkan bakteri untuk bertahan hidup dan menyebar lebih mudah.
Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka yang bersentuhan dengan air yang telah terkontaminasi. Para petani menjadi kelompok yang paling rentan terhadap infeksi ini karena sering beraktivitas di lahan basah atau sawah yang tergenang air hujan. Selain itu, lingkungan yang kurang bersih juga menjadi faktor yang memperbesar risiko penyebaran penyakit ini.
Sri Budi juga menekankan bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan, terutama dengan kondisi curah hujan yang masih tinggi. Masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah perkembangbiakan tikus yang menjadi sumber utama penyebaran bakteri ini. Selain itu, petani yang bekerja di sawah disarankan untuk menggunakan alat pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan guna mengurangi risiko infeksi.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kulon Progo, jumlah kasus Leptospirosis di wilayah tersebut mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, tercatat sebanyak 21 kasus dengan satu orang meninggal dunia. Sementara itu, tahun 2023 menjadi tahun dengan jumlah kasus tertinggi, yaitu mencapai 33 kasus, di mana delapan orang dilaporkan meninggal akibat penyakit ini.
Pada tahun 2024, jumlah kasus yang terkonfirmasi mencapai 19 orang, dengan dua di antaranya meninggal dunia. Tahun ini, hingga pertengahan Maret saja, sudah ditemukan delapan kasus baru, sehingga ada kekhawatiran bahwa jumlah penderita bisa meningkat jika tidak ada langkah pencegahan yang efektif.
Pihak Dinas Kesehatan Kulon Progo kini terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya Leptospirosis. Program sosialisasi mengenai kebersihan lingkungan dan pencegahan infeksi juga mulai digalakkan di beberapa wilayah yang berisiko tinggi. Pemeriksaan kesehatan bagi warga yang memiliki gejala seperti demam, nyeri otot, dan mata merah juga dianjurkan agar penanganan medis dapat dilakukan lebih cepat sebelum infeksi semakin parah.
Dengan langkah pencegahan yang lebih ketat dan kesadaran masyarakat yang meningkat, diharapkan penyebaran Leptospirosis dapat ditekan sehingga tidak semakin banyak korban yang jatuh akibat penyakit ini.